PETA NARASI – Wilayah pesisir Jakarta Utara kembali menjadi sorotan nasional akibat terendam banjir rob yang signifikan. Fenomena naiknya air laut ke daratan ini, terutama yang terjadi pada akhir November hingga awal Desember 2025, telah mengganggu aktivitas masyarakat, merendam permukiman, hingga melumpuhkan sejumlah ruas jalan vital. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta pun telah mengeluarkan peringatan dini dan meningkatkan status kesiapsiagaan di beberapa titik.
Untuk memahami lebih dalam mengenai bencana tahunan ini, berikut adalah 6 Fakta Kunci mengenai banjir rob yang merendam Jakarta Utara dalam periode terkini:
Puncak Rob Bertepatan dengan Fenomena Alam
Penyebab utama dari banjir rob terkini adalah kombinasi dari faktor alam yang terjadi bersamaan. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lonjakan pasang air laut maksimum ini dipicu oleh fenomena Bulan Purnama (Supermoon) atau Bulan Baru (Perigee), di mana posisi Bulan dan Matahari berada dalam garis lurus yang mengakibatkan gaya tarik gravitasi menjadi sangat kuat. Kondisi ini membuat ketinggian pasang air laut meningkat signifikan, melebihi batas normal, dan mendorong air ke daratan, khususnya di wilayah pesisir yang rendah seperti Jakarta Utara. BPBD bahkan telah memperingatkan potensi puncak rob yang berlanjut hingga pertengahan Desember 2025.
Wilayah Terdampak Meliputi Jalan Vital dan Permukiman
Banjir rob tidak hanya merendam permukiman warga, tetapi juga sejumlah ruas jalan utama yang menjadi urat nadi transportasi. Beberapa lokasi yang dilaporkan terendam dengan ketinggian air bervariasi antara 10 cm hingga 90 cm termasuk:
- Jalan RE Martadinata, Tanjung Priok (terutama di depan Jakarta International Stadium/JIS).
- Muara Angke, Sunda Kelapa, dan Pelabuhan Muara Baru.
- Kelurahan terdampak, seperti Marunda (Kecamatan Cilincing) dan Pluit (Kecamatan Penjaringan).
Kondisi ini menyebabkan kemacetan parah dan beberapa kendaraan roda dua dilaporkan mogok saat mencoba melintas di jalan-jalan yang tergenang.
Ketinggian Air Mencapai Status Siaga 1
Intensitas pasang air laut yang tinggi menyebabkan peningkatan status di beberapa pintu air. Salah satu yang paling krusial adalah Pintu Air Pasar Ikan, yang tercatat berada pada status “Bahaya” atau Siaga 1 (waspada/siaga) saat puncak pasang terjadi, menandakan risiko banjir yang sangat tinggi. Ketinggian air di beberapa wilayah permukiman, seperti di Pluit, bahkan sempat dilaporkan mencapai 90 sentimeter, jauh di atas mata kaki orang dewasa.
Ancaman Jangka Panjang: Penurunan Tanah (Land Subsidence)
Fakta yang memperparah dampak rob di Jakarta Utara adalah masalah geologis yang akut: penurunan muka tanah (land subsidence). Sebagian besar wilayah Jakarta Utara berada pada dataran rendah, bahkan sekitar 40% daratan di Jakarta berada lebih rendah dari permukaan air laut. Penurunan tanah yang terjadi secara masif, diperkirakan mencapai 10-20 cm per tahun di beberapa lokasi, membuat wilayah pesisir semakin rentan terhadap luapan air laut, mengubah rob menjadi ancaman yang hampir permanen.
Progres Pembangunan Tanggul Pengaman Pesisir (NCICD)
Sebagai upaya mitigasi jangka panjang, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terus menggenjot pembangunan proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau tanggul pengaman pantai. Proyek ambisius ini menargetkan pembangunan tanggul sepanjang 28,2 kilometer. Namun, hingga saat ini, kemajuan yang telah dicapai baru sekitar 11,8 kilometer. Terkini, perbaikan tanggul yang bocor, seperti di kawasan Muara Baru, terus dilakukan. Akselerasi pembangunan tanggul ini dianggap krusial untuk melindungi Jakarta Utara dari ancaman rob di masa depan, mengingat puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Januari 2026.
Imbauan Kesiapsiagaan dan Respons Cepat Pemerintah
Pemerintah melalui BPBD DKI Jakarta telah mengimbau masyarakat di 12 wilayah pesisir Jakarta Utara untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi potensi rob yang berulang. Selain menyiagakan ribuan petugas gabungan dari Dinas Sumber Daya Air (SDA), Bina Marga, dan Gulkarmat untuk memonitor kondisi dan melakukan penyedotan genangan, Pemprov juga menyediakan kanal informasi darurat. Masyarakat diimbau untuk memantau informasi resmi BMKG dan BPBD, serta segera melaporkan genangan melalui aplikasi JAKI atau menghubungi layanan darurat 112 yang beroperasi 24 jam nonstop.
Banjir rob di Jakarta Utara adalah tantangan yang kompleks, memadukan faktor alam seperti pasang surut ekstrem dengan masalah lingkungan buatan manusia seperti penurunan tanah. Kesiapsiagaan dan percepatan infrastruktur mitigasi menjadi kunci untuk meminimalisir dampak yang terjadi.