PETA NARASI – Musibah kebakaran hebat yang melanda Gedung Terra Drone, sebuah perusahaan penyedia jasa pesawat nirawak (drone) di kawasan Cempaka Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat, pada Selasa (9/12) menyisakan duka mendalam. Total 22 korban jiwa tercatat dari tragedi ini, dan temuan mengejutkan dari tim evakuasi menunjukkan bahwa korban paling banyak ditemukan terperangkap di lantai 3 dan 4 gedung berlantai enam tersebut.
Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta, Bayu Megantara, mengonfirmasi bahwa seluruh korban meninggal dunia, yang terdiri dari 15 perempuan dan 7 laki-laki, sebagian besar ditemukan di dua lantai tersebut. Lokasi penemuan ini menjadi titik fokus dalam penyelidikan, mengingat titik awal api berada jauh di lantai dasar (lantai 1).
Jebakan Asap Tebal dan Kekurangan Oksigen
Menurut keterangan resmi dari Damkar dan Polres Metro Jakarta Pusat, kebakaran pertama kali dilaporkan warga sekitar pukul 12.43 WIB. Dugaan sementara, api bersumber dari ledakan baterai litium (baterai drone) di gudang penyimpanan yang berlokasi di lantai dasar. Upaya awal pemadaman oleh karyawan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dikabarkan gagal karena jenis kebakaran yang melibatkan baterai litium, menyebabkan asap tebal langsung menyebar dengan sangat cepat ke seluruh penjuru gedung melalui tangga dan ventilasi.
Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro, menjelaskan bahwa mayoritas korban tewas bukan karena luka bakar, melainkan karena sesak napas dan kehabisan oksigen akibat asap pekat yang mengepung.
“Korban bervariasi, tetapi rata-rata berada di lantai 3, 4, dan 5,” ujar Kombes Pol Susatyo. “Sehingga diduga kemungkinan mereka kehabisan oksigen. Ini menjelaskan mengapa korban paling banyak ditemukan di lantai tengah gedung, yaitu lantai 3 dan 4, yang merupakan jalur pelarian dari asap yang naik.“
Karyawan yang berada di lantai atas (lantai 2 hingga 6), yang sebagian besar sedang beristirahat makan siang, mendapati diri mereka terperangkap saat asap tebal memenuhi koridor dan tangga. Alih-alih api yang merambat, asap beracun menjadi pembunuh utama dalam insiden ini. Beberapa karyawan yang selamat dilaporkan berhasil menembus ke lantai atap (rooftop) dan menyeberang ke gedung sebelah. Namun, kondisi jalur evakuasi yang diduga sempit dan hanya memiliki satu akses keluar masuk di gedung tersebut memperburuk upaya penyelamatan diri.
Investigasi dan Tanggung Jawab
Saat ini, Tim Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Bareskrim Polri masih bekerja intensif di Tempat Kejadian Perkara (TKP) untuk memastikan penyebab pasti kebakaran. Meskipun dugaan sementara mengarah pada baterai litium, hasil olah TKP akan menjadi kunci untuk mengonfirmasi titik awal dan mekanisme penyebaran api dan asap.
Selain penyelidikan teknis, Polres Metro Jakarta Pusat juga memanggil pemilik usaha dan pemilik gedung untuk dimintai keterangan. Investigasi akan menyentuh aspek kelalaian dan standar keselamatan kerja. Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, yang juga meninjau lokasi, menyoroti lemahnya kesiapan gedung dalam menghadapi bencana, terutama terkait sistem pemadam kebakaran internal dan jalur evakuasi darurat.
“Kalau ada gedung enam lantai, pemadam kebakarannya harus ada. Tetapi untuk kasus yang seperti ini mereka tidak persiapkan sama sekali,” tegas Pramono, menambahkan bahwa Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan menanggung seluruh biaya pemakaman dan perawatan korban.
Korban dan Proses Identifikasi
Seluruh 22 jenazah korban telah dievakuasi ke Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati untuk proses identifikasi lebih lanjut. Tim Puslabfor memastikan bahwa kondisi jenazah sebagian besar masih utuh dan dapat dikenali. Salah satu korban yang meninggal dunia dikonfirmasi sebagai seorang perempuan yang tengah hamil.
Hingga saat ini, data korban tewas tercatat 22 orang, sementara 54 orang dilaporkan selamat. Keluarga korban terus berdatangan ke RS Polri untuk memberikan data antemortem, mempercepat proses identifikasi yang dilakukan oleh Dokkes Polda Metro dan RS Polri. Tragedi ini menjadi pengingat pahit akan pentingnya kepatuhan terhadap standar keselamatan gedung dan kesiapsiagaan darurat di lingkungan kerja.