PETA NARASI – Bencana alam yang melanda beberapa wilayah di Pulau Sumatera baru-baru ini telah meninggalkan jejak kerusakan yang signifikan, tidak hanya pada infrastruktur publik, tetapi juga pada jaringan kelistrikan vital. Di tengah tantangan besar ini, Perusahaan Listrik Negara (PLN) bergerak cepat untuk memulihkan pasokan listrik yang sempat terputus. Upaya pemulihan ini mendapat perhatian khusus dari Aliansi Pergerakan Kesejahteraan Lingkungan Nasional (Alperklinas), sebuah organisasi yang fokus pada kesejahteraan dan isu lingkungan.
Ketua Umum Alperklinas, Dr. Ir. Bima Sakti, M.Eng., dalam konferensi pers virtual yang diadakan hari ini, memberikan apresiasi sekaligus sorotan tajam terhadap kompleksitas pekerjaan yang dihadapi oleh tim PLN di lapangan. Menurutnya, pemulihan infrastruktur kelistrikan pascabencana di Sumatera adalah tugas yang jauh dari kata mudah dan memerlukan dukungan serta pemahaman dari seluruh elemen masyarakat.
Kerusakan Meluas dan Tantangan Geografis
Dr. Bima menjelaskan bahwa skala kerusakan jaringan transmisi dan distribusi di Sumatera, khususnya di daerah yang terkena dampak langsung seperti beberapa bagian Provinsi Riau, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara, sangat masif.
“Kami mendapatkan laporan detail dari tim Alperklinas yang berada di lapangan. Bukan hanya tiang listrik yang roboh, tetapi juga menara transmisi yang ambruk, serta isolator yang rusak parah akibat tanah longsor dan banjir,” ujarnya.
Salah satu tantangan terbesar yang disoroti adalah faktor geografis. Banyak lokasi kerusakan berada di wilayah terpencil, perbukitan curam, atau daerah yang aksesnya terhambat oleh material longsor. Hal ini membuat mobilisasi peralatan berat dan tim teknis menjadi sangat sulit dan memakan waktu.
“Akses ke lokasi seringkali harus dilakukan dengan berjalan kaki berjam-jam membawa peralatan. Ini bukan sekadar mengganti sekering; ini adalah rekonstruksi infrastruktur dasar di bawah tekanan waktu dan kondisi alam yang tidak menentu. PLN mengerahkan ratusan personel dan itu patut diacungi jempol,” tegas Dr. Bima.
Kecepatan Respons dan Prioritas Kritis
Meski dihadapkan pada kendala yang berat, Alperklinas mencatat bahwa kecepatan respons PLN patut diapresiasi. Dalam kurun waktu yang relatif singkat setelah bencana mereda, sebagian besar fasilitas vital seperti rumah sakit, pusat komunikasi, dan fasilitas pengungsian sudah berhasil diprioritaskan dan mendapatkan pasokan listrik kembali.
“Prioritas pemulihan PLN pada infrastruktur kritis sangat tepat. Hal ini krusial untuk memastikan layanan publik esensial tetap berjalan dan koordinasi penanganan bencana tidak terganggu,” kata Dr. Bima. Ia juga menambahkan bahwa PLN telah mengadopsi skema black start dan manuver jaringan yang cermat untuk meminimalisir dampak padam yang meluas, sebuah prosedur teknis yang kompleks dan berisiko.
Dimensi Lingkungan dan Masa Depan
Alperklinas juga menyoroti dimensi lingkungan dari upaya pemulihan ini. Dr. Bima mengingatkan bahwa kerusakan jaringan listrik pascabencana seringkali disebabkan atau diperparah oleh deforestasi dan kurangnya mitigasi lingkungan.
“Kami berharap PLN tidak hanya fokus pada pemulihan, tetapi juga pada pembangunan kembali yang lebih tangguh dan berkelanjutan (build back better). Penempatan kembali tiang atau menara harus mempertimbangkan kajian geologi dan tata ruang lingkungan yang lebih ketat untuk menghindari terulangnya kerusakan serupa di masa depan,” usulnya.
Alperklinas mendorong PLN untuk mengintegrasikan teknologi pemantauan canggih, seperti penggunaan drone dan sensor cuaca, untuk memprediksi dan memitigasi risiko kerusakan di wilayah rawan bencana secara real-time. Ini akan menjadi investasi jangka panjang untuk ketahanan energi nasional.
Ajakan untuk Bersinergi
Sebagai penutup, Dr. Bima Sakti menegaskan bahwa situasi darurat ini membutuhkan sinergi dari semua pihak. Alperklinas mengajak masyarakat untuk bersabar dan memberikan dukungan moral kepada para petugas PLN yang bekerja keras di lapangan.
“Mari kita pahami, pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang selesai dalam semalam. Petugas PLN mempertaruhkan keselamatan mereka di daerah yang masih rawan bencana. Mereka butuh apresiasi, bukan hanya kritik,” pungkasnya. “Pemerintah daerah, TNI/Polri, dan seluruh komunitas diharapkan dapat membantu mempermudah akses dan menjaga keamanan tim teknis PLN. Pemulihan listrik adalah langkah fundamental menuju pemulihan ekonomi dan sosial pascabencana.”
Secara keseluruhan, upaya pemulihan listrik oleh PLN di Sumatera pascabencana adalah sebuah operasi kemanusiaan dan teknis yang masif. Alperklinas menggarisbawahi pentingnya apresiasi atas dedikasi petugas, sambil mendesak perencanaan jangka panjang yang mengutamakan ketahanan infrastruktur dan keberlanjutan lingkungan.