PETA NARASI – Sektor kelautan dan perikanan Indonesia kembali menorehkan prestasi gemilang di kancah global sepanjang tahun 2025. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengumumkan bahwa produk perikanan nasional berhasil menembus pasar di 147 negara, meningkat signifikan lima persen dari capaian tahun 2024 yang hanya menjangkau 140 negara. Angka ini mendekatkan Indonesia pada ambisi untuk menjadi pemasok utama pangan laut dunia, di tengah dinamika pasar global yang penuh tantangan.
Pencapaian luar biasa ini terungkap dalam konferensi pers Laporan Kinerja KKP 2025 di Jakarta, yang menunjukkan ketahanan dan daya saing produk perikanan Indonesia. Hingga Oktober 2025, nilai ekspor hasil perikanan telah mencapai $5,07 miliar (setara Rp84,54 triliun), mencatatkan kenaikan sebesar 5,1% secara tahunan (Year-on-Year).
Peningkatan Pasar dan Daya Saing Global
Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan KKP, Ishartini, menyatakan bahwa keberhasilan merambah ke 147 negara dari total 193 negara anggota PBB ini membuktikan bahwa produk perikanan Indonesia telah memenuhi berbagai persyaratan dan standar internasional yang ketat.
“Kami sudah melaksanakan tugas-tugas yang ujungnya adalah keberterimaan hasil perikanan kita di negara tujuan ekspor. Kita bisa tembus di 147 negara di tahun 2025,” ujar Ishartini.
Peningkatan penetrasi pasar ini ditopang oleh strategi hulu ke hilir yang difokuskan pada penjaminan mutu dan kualitas produk. Pemerintah gencar melakukan sertifikasi terhadap Unit Pengolahan Ikan (UPI). Tercatat, total 1.104 unit pengolahan telah berhasil disertifikasi. Selain itu, KKP juga hampir menyelesaikan target penerbitan 3.000 sertifikat Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), dengan realisasi mencapai 2.986 sertifikat. Upaya ini krusial untuk memastikan produk yang diekspor aman, sehat, bermutu, dan bebas dari kontaminan, termasuk isu mikroplastik yang menjadi perhatian global.
Udang dan Tuna Jadi Primadona Ekspor
Dari sisi komoditas, udang masih menjadi penyumbang terbesar dan primadona ekspor Indonesia. Hingga Oktober 2025, nilai ekspor udang menyentuh $1,4 miliar, melonjak 8,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Komoditas lain yang juga menunjukkan kinerja positif antara lain:
- Tuna, Cakalang, dan Tongkol: Mencatatkan peningkatan sebesar 2,6% dengan nilai ekspor mencapai $878,2 juta.
- Cumi-cumi, Sotong, dan Gurita: Tumbuh sebesar 1,9% dengan total ekspor $688,1 juta.
Meskipun demikian, komoditas rajungan dan kepiting sedikit mengalami penurunan sebesar 2,5% akibat persaingan harga yang ketat, terutama dengan kepiting Alaska di pasar internasional.
Pemulihan Pasar Utama dan Ekspansi ASEAN
Plt. Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Machmud, mengungkapkan bahwa pasar utama ekspor masih didominasi oleh Amerika Serikat (AS), Tiongkok, Jepang, dan negara-negara ASEAN.
- Amerika Serikat: Meskipun sempat terhambat isu Cesium-137 (Cs-137) pada udang, ekspor ke AS berhasil dipulihkan setelah dua kontainer udang bersertifikat bebas Cs-137 lolos inspeksi ketat. Total nilai ekspor ke AS mencapai $1,6 miliar.
- Tiongkok: Mengalami sedikit penurunan menjadi $962,2 juta, terutama karena normalisasi harga rumput laut kering.
- Jepang: Permintaan pasar Jepang meningkat 2,3%, dengan nilai ekspor mencapai $506,2 juta.
- ASEAN: Mencatatkan lonjakan signifikan sebesar 22,7%, dengan nilai ekspor mencapai $811,6 juta.
Investasi dan Hilirisasi Industri
Kinerja kinclong ini juga didukung oleh iklim investasi yang positif di sektor kelautan dan perikanan. Hingga triwulan III tahun 2025, total investasi telah mencapai Rp7,82 triliun. Menariknya, struktur investasi didominasi oleh sektor hilirisasi (pengolahan) sebesar 32%, diikuti oleh sektor budidaya. Hal ini menunjukkan fokus pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah produk perikanan sebelum diekspor. Peningkatan jumlah Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang terdaftar di berbagai negara seperti Tiongkok (572 UPI) dan Korea Selatan (52 UPI) juga menjadi bukti nyata keberhasilan fasilitasi Badan Mutu KKP dalam membuka akses pasar.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, dalam berbagai kesempatan, selalu menekankan pentingnya menjaga kualitas dan keberlanjutan. Komitmen pada prinsip Ekonomi Biru untuk melindungi sumber daya hayati dan memastikan produk yang sehat menjadi kunci untuk terus mengangkat martabat produk perikanan Indonesia di mata dunia dan mewujudkan visi “Indonesia Feeding The World.”