PETA NARASI – Ketegangan di Laut Hitam semakin memuncak seiring eskalasi konflik antara Rusia dan Ukraina yang sejak 2022 telah menjadi perang darat dan laut paling serius di Eropa. Dalam beberapa minggu terakhir, serangkaian serangan terhadap kapal‑kapal komersial dan tanker minyak yang melintas di perairan ini telah menyebabkan kekhawatiran global tentang kemungkinan konflik yang lebih luas di jalur pelayaran internasional.
Serangan‑serangan itu tidak hanya berdampak pada kapal‑kapal Rusia dan Ukraina, tetapi juga telah menyentuh kapal‑kapal yang terkait dengan Turki, negara yang secara geografis berada di jantung Laut Hitam. Reuters melaporkan bahwa Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan menyatakan bahwa serangan terhadap kapal‑kapal komersial di Laut Hitam tidak dapat diterima dan memperingatkan semua pihak yang terlibat.
Insiden terbaru yang memicu reaksi kuat dari Ankara adalah ketika tankers dan kapal‑kapal lain di wilayah Laut Hitam mengalami serangan, termasuk satu kapal yang dimiliki oleh perusahaan Turki yang rusak setelah terkena serangan saat berada dekat pantai.
Serangan Terhadap Kapal Komersial: Apa yang Terjadi?
Dalam dua minggu terakhir, beberapa peristiwa signifikan telah terjadi:
- Tankers dari Rusia, yang dikenal sebagai bagian dari “shadow fleet” armada kapal yang diduga digunakan untuk menghindari sanksi internasional terhadap minyak Rusia mengalami beberapa serangan oleh kapal tanpa awak dan drone laut Ukraina di perairan Laut Hitam, termasuk di zona ekonomi eksklusif Turki.
- Satu kapal tanker Rusia Midvolga‑2 dilaporkan terkena serangan ketika membawa minyak bunga matahari, diikuti oleh serangan terhadap dua kapal lain di wilayah yang sama beberapa hari sebelumnya
- Sebuah kapal kargo/pelayaran penumpang Panama‑flag (dimiliki oleh perusahaan Turki) dilaporkan terkena misil saat berada di pelabuhan Odesa, meningkatkan ketegangan karena kapal itu beroperasi antara Turki dan Ukraina.
Serangan‑serangan ini menimbulkan kecaman keras dari berbagai pihak karena menempatkan kapal dagang sipil dan awaknya dalam situasi berbahaya di tengah konflik yang awalnya bersifat militer.
Reaksi Erdoğan: “Laut Hitam Bukan Arena Perang”
Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan telah bereaksi kuat terhadap peningkatan serangan tersebut. Dalam sejumlah pernyataannya baru‑baru ini, ia memperingatkan bahwa Laut Hitam tidak boleh berubah menjadi “zona konfrontasi” antara Rusia dan Ukraina sebuah situasi yang berpotensi mengancam keselamatan perdagangan global dan stabilitas regional.
Erdoğan menggarisbawahi pentingnya navigasi aman bagi semua kapal yang melintas di wilayah itu dan menekankan bahwa eskalasi militer di jalur laut akan menimbulkan kerugian bagi semua pihak, termasuk Rusia dan Ukraina sendiri.
Komentar ini disampaikan beberapa jam setelah serangan udara Rusia yang merusak sebuah kapal yang dioperasikan oleh perusahaan Turki di pelabuhan Chornomorsk, dekat Odesa sebuah insiden yang semakin mempertegas ketidakpastian di Laut Hitam.
Turki Meminta Gencatan Senjata Terbatas
Selain mengutuk serangan terhadap kapal komersial, Erdoğan juga menggunakan pertemuan bilateralnya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Turkmenistan untuk menekan gagasan gencatan senjata terbatas, terutama di sekitar pelabuhan dan infrastruktur energi yang menjadi target serangan.
Turki yang secara strategis mengendalikan Selat Bosphorus jalur masuk dan keluar Laut Hitam telah mencoba menyeimbangkan hubungan dengan kedua belah pihak sambil berupaya melindungi kepentingan ekonominya dan menjaga arteri perdagangan laut tetap terbuka dan aman.
Dampak pada Perdagangan Global dan Navigasi
Ketegangan yang meningkat di Laut Hitam tidak hanya berdampak pada negara‑negara yang terlibat langsung dalam konflik. Karena rute ini adalah jalur utama bagi ekspor biji‑bijian Ukraina dan energi Rusia menuju pasar dunia, gangguan pada jalur pelayaran bisa memiliki dampak luas terhadap harga pangan global, asuransi maritim, dan kepercayaan investor.
Asosiasi pekerja pelayaran internasional bahkan telah mengecam serangan terhadap kapal komersial, menekankan bahwa awak kapal sipil tidak boleh berada di bawah ancaman konflik dan menyerukan perlindungan terhadap pelaut yang bekerja di perairan berbahaya ini.