Debit Sungai Meningkat, Getaran Banjir Lahar Semeru Terekam 12.000 Detik

PETA NARASI Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kembali menunjukkan aktivitas signifikan setelah hujan deras pada Minggu (21 Desember 2025) sore lalu menyebabkan peningkatan debit air di sejumlah daerah aliran sungai (DAS) serta getaran banjir lahar hujan yang terekam sangat panjang di alat pemantau seismik. Peristiwa ini memicu kewaspadaan otoritas setempat dan masyarakat yang tinggal di sekitar lembah sungai yang berhulu di gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut.

Menurut data terbaru dari Pos Pengamatan Gunung Semeru, dari pengamatan kegempaan selama enam jam terakhir pada Minggu, tercatat satu kali gempa getaran banjir dengan amplitudo sebesar 45 mm dan durasi luar biasa panjang yakni 12.000 detik setara lebih dari 3 jam terekam sebagai getaran. Intensitas durasi ini tidak hanya menjadi indikator tingginya laju aliran material vulkanik yang tercampur air hujan, tetapi juga menunjukkan besarnya energi yang bergerak di bawah permukaan yang memengaruhi sungai-sungai utama di kawasan ini.

Selain getaran banjir lahar yang signifikan itu, catatan kegempaan menunjukkan bahwa dalam periode pengamatan tersebut Gunung Semeru juga mengalami 30 kali gempa letusan atau erupsi, dengan durasi masing-masing 91-114 detik, tiga kali gempa guguran, serta satu gempa harmonik. Kondisi visual gunung dilaporkan tertutup kabut, sehingga puncak tidak teramati secara jelas meskipun cuaca di sekitarnya cerah hingga berawan.

Kenaikan Debit Air dan Dampaknya di Sungai-Sungai Aliran Semeru

Intensitas hujan yang tinggi di puncak dan lereng Gunung Semeru memicu banjir lahar hujan, yakni aliran material vulkanik yang terbawa air hujan deras, sehingga menyebabkan kenaikan debit air secara drastis di sejumlah sungai yang berhulu dari gunung ini. Sungai-sungai seperti Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat menjadi titik perhatian utama karena menjadi jalur aliran lahar yang paling sering mengalami perubahan aliran dan kecepatan air.

Kepala Pelaksana BPBD Lumajang, Isnugroho, menyampaikan bahwa meskipun debit air cukup deras akibat banjir lahar ini, saat ini belum ada laporan kerusakan infrastruktur atau permukiman warga yang terdampak secara langsung. Namun, ia menegaskan bahwa kondisi sangat dinamis dan berubah dengan cepat tergantung pada curah hujan dan aktivitas vulkanik. Pihak berwenang secara tegas mengimbau para penambang pasir dan batu di sepanjang aliran sungai agar menjauh dari DAS yang berhulu di Semeru untuk menghindari risiko keselamatan akibat perubahan arus mendadak.

Status Gunung Semeru dan Imbauan Resmi

Hingga berita ini ditulis, status Gunung Semeru masih berada pada level Siaga (Level III/IV) menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Otoritas ini memberikan rekomendasi kuat agar masyarakat tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 km dari puncak gunung, karena potensi bahaya aliran lahar panas dan perluasan awan panas (pyroclastic flows) masih signifikan di zona tersebut.

Selain itu, kegiatan masyarakat di luar zona wilayah tersebut tetapi masih berada di radius 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) juga diimbau untuk dihentikan sementara waktu karena potensi lahar hujan tetap ada, terutama setelah hujan deras. Potensi ancaman meluas hingga maksimal 17 km dari puncak gunung juga diperhitungkan dalam peringatan resmi oleh PVMBG.

Kesiapsiagaan dan Respons Pemerintah

BPBD Lumajang bersama dengan unsur TNI/Polri, relawan SAR, serta instansi terkait terus meningkatkan pengawasan di titik-titik rawan banjir lahar. Mereka memasang posko siaga, melakukan patroli intensif di sepanjang aliran sungai, dan memberikan peringatan melalui pengeras suara serta poster imbauan kepada warga dan pekerja yang berada di wilayah rawan. Monitoring juga dibantu dengan alat pemantau dan sensor kesigapan bencana alam yang dipasang di lokasi-lokasi strategis.

Belajar dari pengalaman banjir lahar sebelumnya yang sempat mengisolasi lebih dari 1.200 kepala keluarga di beberapa desa di Lumajang pada November 2025, otoritas lokal terus meminta masyarakat untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca ekstrem yang dapat memicu aliran lahar secara tiba-tiba. Material vulkanik yang terbawa hujan kerap menyebabkan pemutusan jalan, terhambatnya akses layanan publik dan bahkan potensi ancaman kepada permukiman bila aliran terus meluap tanpa kendali.

Rekomendasi bagi Masyarakat

PVMBG dan BPBD bersama BMKG menegaskan beberapa langkah antisipatif yang harus dipatuhi oleh masyarakat:

  • Hindari aktivitas di dalam radius 5 km dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan bahaya lontaran batu pijar.
  • Tidak beraktivitas di sepanjang lembah sungai yang berhulu di gunung, terutama saat dan setelah hujan deras.
  • Ikuti informasi resmi dari pos pemantau, BPBD, dan instansi terkait mengenai peringatan dini terhadap potensi aliran lahar maupun aktivitas vulkanik lainnya.

By admin