PETA NARASI – Musim–musim panas 2025 di kelas utama MotoGP memang sangat menarik: di satu sisi ada Alex Marquez yang tampil konsisten dan sukses mengunci posisi runner‑up klasemen akhir, tetapi di sisi lain, bintang baru Fermin Aldeguer mencuri perhatian, dan justru dialah yang dipuji habis‑habisan oleh manajemen Ducati.
Dengan tuntas menempati posisi kedua di klasemen akhir, Alex Marquez mengukir hasil terbaiknya di MotoGP sejak kembali ke kelas utama. Dalam pernyataannya usai memastikan runner‑up, dia mengaku tak pernah membayangkan bisa tampil lebih baik dari beberapa pesaing kuat musim ini tetapi hasilnya menunjukkan bahwa kerja keras, persiapan tim dan keandalan motornya terbayar manis.
Meski demikian, dalam wawancaranya Alex mengungkapkan bahwa ia sempat mencoba meniru gaya balap Aldeguer alih‑alih berhasil, usahanya berakhir dengan dua kali crash di latihan/qualifying. Ini menunjukkan: sekalipun Alex sangat kompeten, gaya agresif dan natural Aldeguer memberi tantangan tersendiri bahkan untuk pembalap berpengalaman seperti dirinya.
Fermin Aldeguer: “Ledakan” yang Mengejutkan
Aldeguer, yang musim ini menjalani debutnya di MotoGP bersama tim satelit Gresini Racing memakai motor Desmosedici GP24 tampil jauh melampaui ekspektasi. Sepanjang 2025, Aldeguer meraih tiga podium Sprint dan tiga podium Grand Prix, termasuk sekali meraih kemenangan, yaitu di seri Indonesia.
Kecepatan lomba terbaiknya bahkan lebih dari 0,4 detik unggul dari pembalap Ducati terdekat, sekaligus memecahkan catatan lap sebelumnya. Menurut manajer Ducati, Davide Tardozzi, Aldeguer bukan hanya tampil solid, tapi “memberi lebih banyak dari yang kami harapkan.” Atas performanya, Aldeguer mengantongi status Rookie of The Year 2025 penghargaan bergengsi bagi pendatang baru.
Kenapa Ducati “Lebih Kagum” ke Aldeguer Daripada Runner‑up Alex?
Meskipun Alex sudah berpengalaman dan menunjukkan konsistensi luar biasa, Aldeguer mewakili “masa depan” potensi jangka panjang yang bisa terus berkembang. Ducati jelas butuh talenta muda untuk menggantikan regenerasi tim di masa depan.
Gaya balap Aldeguer agresif, cepat, lincah memberikan bukti bahwa motor Ducati bisa kompetitif bukan cuma dengan rider senior, tapi juga dengan talenta muda yang berani. Hal ini memberi harapan besar bagi proyek jangka panjang Ducati dan Gresini.
Dari perspektif investasi tim: hasil luar biasa dari rookie dengan budget dan ekspektasi yang relatif lebih kecil memberi “nilai tambah besar” mungkin itulah mengapa pujian Ducati lebih condong ke Aldeguer.
Implikasi ke Depan: 2026 dan Seterusnya
Musim 2025 menunjukkan bahwa tandem antara pembalap berpengalaman dan rookie bisa saling melengkapi: pengalaman Alex + energi Aldeguer bisa menjadi kombinasi mematikan untuk 2026.
Ducati dan Gresini kemungkinan akan memosisikan Aldeguer sebagai proyek jangka panjang, sedangkan Alex tetap menjadi tumpuan untuk hasil instan. Dua pendekatan ini bisa menjadikan tim mereka “dua kekuatan dalam satu garasi.”
Jika Aldeguer mampu mempertahankan progresnya, bukan tak mungkin ia akan terus bersaing di papan atas, dan suatu hari bisa mengejar gelar ini memberi daya tarik besar bagi fans dan sponsor.
Secara keseluruhan, musim 2025 untuk Gresini‑Ducati bukan cuma soal runner‑up atau siapa menang balapan, tapi soal kejutannya: bahwa pendatang baru bisa langsung berlari secepat veteran. Keputusan Ducati memuji Aldeguer meskipun Alex finis di posisi dua dunia mencerminkan visi jangka panjang dan ambisi untuk terus memperkuat tim.