Gagal di SEA Games 2025, Indra Sjafri Dipecat PSSI

PETA NARASI – Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) secara resmi mengakhiri kerja sama dengan Indra Sjafri sebagai pelatih timnas Indonesia U‑22/U‑23 setelah kegagalan mengejutkan di SEA Games 2025 yang digelar di Thailand. Pengumuman pemecatan ini disampaikan Selasa malam oleh Ketua Badan Tim Nasional (BTN) PSSI, Sumardji, usai evaluasi menyeluruh terhadap performa tim di lapangan.

Indonesia datang ke SEA Games 2025 dengan ekspektasi tinggi. Garuda Muda berstatus juara bertahan setelah merebut medali emas pada edisi 2023, serta diharapkan mampu mempertahankan prestasi tersebut atau setidaknya meraih medali perak. Namun realitas berbicara lain: skuad asuhan Indra Sjafri gagal melangkah ke semifinal dan pulang tanpa satu pun medali. Hasil ini menjadi salah satu prestasi terburuk tim di ajang multievent regional dalam beberapa dekade terakhir.

Menurut laporan resmi, tim Indonesia cuma mengumpulkan tiga poin dari fase grup. Mereka menelan kekalahan mengejutkan 0‑1 dari Filipina pada laga pembuka, sebelum menang 3‑1 atas Myanmar namun kemenangan tersebut tidak cukup untuk lolos ke babak empat besar. Hasil ini memupus harapan publik Indonesia yang berharap lebih tinggi dari performa tim.

Alasan Pemecatan dan Evaluasi PSSI

PSSI menyatakan keputusan memecat Indra Sjafri diambil setelah melakukan evaluasi menyeluruh, termasuk pertimbangan teknis dan hasil di lapangan. Ketua BTN PSSI, Sumardji, menegaskan bahwa hasil buruk ini tidak bisa dibiarkan, dan federasi perlu mengambil langkah tegas demi masa depan sepak bola Indonesia.

Sumardji menyampaikan bahwa pemutusan kontrak dilakukan sesuai kesepakatan kontrak antara pelatih dan federasi. Ia juga menyatakan mundur dari posisinya sebagai manajer timnas sebagai bentuk tanggung jawab atas keputusan ini dan hasil yang diraih tim.

Pemecatan ini sekaligus menutup babak sejarah kepelatihan Indra Sjafri bersama timnas U‑22/U‑23, yang sebelumnya sukses besar meraih emas SEA Games pada 2023 setelah lebih dari tiga dekade Indonesia tak juara. Prestasi itu sempat mengangkat nama Indra di kancah lokal sebagai salah satu pelatih paling sukses di kelompok umur.

Reaksi Publik dan Kritik Publik

Kegagalan di SEA Games 2025 memicu reaksi keras dari media, pengamat, dan fans sepak bola Indonesia. Banyak pihak mempertanyakan kesiapan tim, pilihan pemain, strategi, hingga manajemen kepelatihan secara keseluruhan. Pengamat sepak bola bahkan mengkritik bukan hanya Indra Sjafri, melainkan juga struktur kepengurusan PSSI dan keputusan memilih pelatih untuk turnamen besar ini.

Kritik utama yang muncul mencakup:

  • Kurangnya persiapan waktu panjang untuk tim sebelum SEA Games, jauh berbeda dengan persiapan tim yang mencapai hampir tiga tahun sebelum emas SEA Games 2023.
  • Pemilihan dan pemanfaatan pemain, termasuk sejumlah pemain naturalisasi yang dinilai tidak memberikan dampak maksimal di lapangan.
  • Pengawasan dan dukungan manajerial dari PSSI, terutama posisi Wakil Ketua Umum PSSI, Zainudin Amali, yang dikritik tidak mendampingi tim langsung di lapangan.

Selain itu, mantan manajer PSSI dan beberapa pengamat menegaskan bahwa evaluasi tidak cukup berhenti pada pelatih kepala struktur kepengurusan dan strategi perencanaan jangka panjang juga perlu dibenahi untuk mencegah kegagalan serupa di masa depan.

Respons Indra Sjafri

Meski belum banyak pernyataan resmi setelah pemecatan, Indra Sjafri sebelumnya sempat mengakui hasil yang tidak sesuai harapan dan menyatakan siap bertanggung jawab. Ia menyampaikan permintaan maaf kepada publik dan federasi atas pencapaian tim yang jauh di bawah target. Pernyataan ini menunjukkan sikap profesional meski tekanan dan kritik semakin besar.

Masa Depan Sepak Bola Indonesia Pasca‐Pemecatan

Kini, PSSI berada di persimpangan penting. Federasi harus menentukan sosok pelatih baru yang mampu membangun kembali kepercayaan publik dan membawa timnas Indonesia U‑23 mencapai prestasi yang lebih baik di kompetisi regional maupun internasional mendatang. Media juga melaporkan bahwa federasi akan melakukan search kandidat pelatih baru dan mempertimbangkan strategi jangka panjang.

Langkah ini dinilai krusial karena kegagalan SEA Games 2025 menjadi momentum evaluasi mendalam bagi sepak bola Indonesia, mulai dari perencanaan kompetisi, pembinaan pemain muda, hingga manajemen tim nasional. Banyak pihak berharap evaluasi ini bukan sekadar pergantian pelatih, tetapi reformasi menyeluruh demi masa depan sepak bola Indonesia yang lebih kompetitif.

By admin