Kembali ke Proliga, Megawati Hangestri Kritik Tajam Pembinaan Voli Indonesia

PETA NARASI – Kabar gembira sekaligus mengejutkan datang dari panggung bola voli nasional. Bintang voli putri Indonesia, Megawati Hangestri Pertiwi, resmi dipastikan akan kembali meramaikan kompetisi kasta tertinggi tanah air, Proliga 2026. Pemain yang dijuluki “Megatron” ini dipastikan kembali memperkuat klub yang membesarkan namanya, Jakarta Pertamina Enduro (JPE).

Namun, kepulangannya kali ini dibarengi dengan pernyataan jujur yang cukup menyentil dunia bola voli Indonesia. Berbekal pengalaman berkarir di empat negara berbeda Thailand, Vietnam, Korea Selatan, dan terakhir Turki bersama Manisa BBSK Megawati secara blak-blakan membongkar perbedaan mencolok sistem pembinaan voli di luar negeri dibandingkan dengan Indonesia.

Kembali ke Rumah: Jakarta Pertamina Enduro

Pengumuman kembalinya Megawati disampaikan langsung melalui akun media sosial resmi Jakarta Pertamina Enduro pada Rabu (17/12/2025). JPE mengonfirmasi bahwa musim 2026 akan menjadi tahun kelima bagi pemain asal Jember tersebut berseragam Pertamina.

“Aku lahir di Proliga dengan JPE, jadi tidak ada alasan untuk menolak. Apalagi status saya sedang free setelah kontrak di luar negeri berakhir,” ujar Megawati dalam sesi wawancara terbaru.

Keputusan ini sekaligus mengakhiri spekulasi mengenai masa depannya di Liga Voli Korea (V-League) bersama Red Sparks yang sempat sangat fenomenal.

Soroti Kelemahan Pembinaan: “Di Sana Lebih Kontinu”

Bukan hanya soal transfer, Megawati menarik perhatian publik saat ia membandingkan kualitas pembinaan atlet. Menurutnya, masalah utama di Indonesia terletak pada stabilitas dan jangka waktu pembinaan.

“Menurut saya, di luar negeri pembinaannya itu terus-terusan atau kontinu. Di sana, pemain tidak sering gonta-ganti klub dalam waktu singkat,” ungkap Megawati.

Ia menjelaskan bahwa di liga-liga maju seperti Korea Selatan dan Turki, seorang pemain binaan bisa berada dalam satu sistem klub selama bertahun-tahun, sehingga chemistry dan pengembangan skill mereka terpantau secara jangka panjang.

Berbeda dengan Indonesia, sistem kontrak di Proliga cenderung bersifat jangka pendek (musiman). Hal ini membuat atlet sering berpindah klub setiap tahun, yang menurut Mega, menghambat konsistensi perkembangan teknis pemain.

Perbedaan Porsi Latihan: Antara Air Mata dan Realita

Selain sistem kontrak, Megawati juga menyinggung perbedaan intensitas latihan. Ia menceritakan pengalamannya di Korea Selatan yang sangat kontras dengan di Indonesia. Di Negeri Ginseng, latihan dilakukan dengan sangat disiplin dan melelahkan secara mental maupun fisik.

“Kalian tahu bagaimana perjuangan aku latihan tiga bulan di Korea, latihan sampai nangis-nangis. Di Indonesia, jadwalnya mungkin tidak sepadat itu,” tambahnya.

Hal ini berimbas pada kesiapan fisik atlet. Mega memberikan contoh saat ia baru kembali ke Indonesia, seringkali atlet dituntut untuk langsung bermain hanya dengan persiapan minimal, yang tentunya berisiko tinggi terhadap cedera.

Sindiran Halus untuk Pemangku Kepentingan

Lebih jauh, Megawati juga menyampaikan pesan kuat agar prestasi timnas voli putri Indonesia tidak dianggap sebelah mata. Ia menekankan bahwa keberhasilan membawa pulang medali di ajang internasional bukanlah hal yang mudah jika tidak didukung dengan sistem yang mumpuni.

“Jangan kira kita anak tiri, kalian kira kita tidak bisa bawa pulang medali. Tapi dukungannya juga harus sebanding,” sindir Megatron.

Ungkapan ini merujuk pada minimnya jadwal try-out internasional dan jangka waktu pemusatan latihan (TC) yang seringkali sangat singkat dibandingkan negara pesaing seperti Thailand atau Vietnam.

Tantangan di Proliga 2026

Kembalinya Megawati ke JPE membawa misi besar: memutus kutukan gelar juara. Meski telah sukses besar di luar negeri dan membawa Jakarta BIN juara pada 2024, Mega belum pernah mengangkat trofi Proliga saat berseragam Pertamina. Dengan pengalaman internasionalnya, ia diharapkan mampu membawa perubahan signifikan bagi mentalitas tim.

Kehadiran Megawati diprediksi akan meningkatkan nilai jual Proliga 2026, sekaligus menjadi cermin bagi PBVSI dan klub-klub lokal untuk mulai membenahi sistem pembinaan agar tidak tertinggal jauh dari standar internasional yang telah dirasakan langsung oleh sang pemain.

By admin