Terkuak! Chat Bukti Awal Kejahatan Ayah Tiri Alvaro Kiano

PETA NARASI – Tabir gelap hilangnya Alvaro Kiano Nugroho (6) akhirnya mulai terbuka dengan pengungkapan bukti digital yang memperlihatkan sisi keji ayah tiri korban, Alex Iskandar (49). Polisi mengungkap bahwa dari percakapan WhatsApp di ponsel Alex, terkuak perjanjian “membuang mayat” Alvaro bukti awal yang mengarahkan penyelidikan pada dugaan penculikan berujung pembunuhan.

Menurut keterangan resmi dari Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Budi Hermanto, penyidik melakukan pendalaman keterangan sejumlah saksi. Analisis rekam digital komunikasi menjadi salah satu kunci. Dari sana, fokus penyelidikan mengerucut ke Alex sebagai terduga pelaku. Dari ponselnya, ditemukan chat yang sangat mengkhawatirkan.

Dalam salah satu chat WhatsApp, Alex secara jelas menuliskan niat balas dendam: “gimana caranya gue balas dendam.” Kalimat ini muncul berulang-ulang, di tengah ekspresi kemarahan dan rasa sakit hati yang mendalam, diduga ditujukan kepada pihak tertentu.

Kombes Budi menegaskan bahwa dorongan emosional semacam ini menjadi motif utama yang mendorong tindakan tragis terhadap Alvaro. Dari hasil pemeriksaan, Alex mengakui ada dorongan balas dendam tersebut.

Percakapan Tentang “Perjanjian Buang Mayat”

Jejak digital dari WhatsApp Alex menunjukkan bukan hanya ekspresi emosional, tetapi juga kesepakatan konkret terkait pembuangan jenazah. Menurut Suara.com, dalam chat tersebut Alex membahas secara rinci dengan seseorang soal pembuang mayat Alvaro ke sungai di kawasan Bogor.
Dalam obrolan itu, Alex dan pihak lain menyepakati bagaimana tubuh bocah malang itu akan dibuang. Lokasi yang disiapkan adalah aliran sungai, dan menurut percakapan tersebut, jenazah Alvaro akan diikat ke pohon agar tidak hanyut.
Hal ini bukan sekadar ucapan emosional belaka, tetapi rencana aksi nyata, yang kemudian diperkuat dengan temuan fisik jenazah di Kali Cilalay, Tenjo, Bogor.

Alibi Palsu dan Upaya Menutup Jejak

Selama berbulan-bulan pencarian Alvaro, Alex menunjukkan “wajah peduli”. Kakek korban, Tugimin (71), mengungkap bahwa Alex sempat sangat aktif dalam upaya pencarian, bahkan mengantar keluarga dan polisi ke berbagai lokasi seperti Polsek Pesanggrahan, Polda, hingga Karawang dan Bogor.
Menurut nenek Alvaro, Sayem, alibi tersebut bisa jadi sengaja dipertahankan untuk menutup jejak:

“Selama ini Alex terlihat baik … tapi setelah Alvaro hilang, dia tetap hadir dan membantu … sehingga sempat menciptakan alibi.”

Tudingan makin mengerikan ketika Sayem menyatakan bahwa Alex bahkan menyewa seseorang untuk membuang jenazah cucunya sesuai rencana dalam chat WhatsApp tersebut. Adiknya Alex disebut turut dilibatkan dalam eksekusi jenazah di Bogor.

Niat Balas Dendam sebagai Motif Utama

Polisi menilai bahwa latar belakang kejahatan bukan hanya secara fisik atau impulsif, melainkan didorong oleh emosi mendalam. Dalam pemeriksaan, Alex mengaku punya “niat balas dendam” yang muncul di percakapan digital-nya.

Motif balas dendam ini kemudian diyakini menjadi kunci dalam tindak penculikan dan pembunuhan. Kombes Budi menyebut bahwa dorongan emosional semacam ini tidak hanya muncul sekali, tetapi menjadi bagian konsisten dari pola pikir terduga pelaku.

Kronologi Penemuan Tragis

  • Alvaro dilaporkan hilang sejak Maret 2025, setelah salat Maghrib di masjid dekat rumah di Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
  • Selama berbulan-bulan pencarian, keluarga dan polisi terus berusaha menemukan jejak. Alex ikut serta dalam proses itu, yang kemudian digunakan sebagai alibi.
  • Kepolisian akhirnya menangkap Alex Iskandar sebagai terduga pelaku.
  • Hasil penyidikan mengungkap kerangka di wilayah Bogor, diduga jasad Alvaro.
  • Tes DNA sedang dilakukan untuk memastikan bahwa kerangka tersebut benar milik Alvaro.
  • Menurut keterangan polisi, saat dibawa oleh Alex, Alvaro menangis terus-menerus dan kemudian dibekap hingga tewas. Setelah itu, jenazah dibungkus plastik hitam dan dibuang di jembatan Cilalay, Tenjo, Bogor, pada malam hari tanggal 9 Maret 2025, sekitar tiga hari setelah hilang.
  • Setelah penangkapan, kabar datang bahwa Alex meninggal dunia. Menurut beberapa laporan, ia tewas bunuh diri di kantor polisi.
  • Namun, kerabat menyatakan kekecewaan karena polisi hanya menunjukkan foto kuburan sebagai bukti kematian Alex kepada kakek Alvaro, tanpa kehadiran mereka saat pemakaman.

Reaksi Keluarga dan Publik

Keluarga Alvaro menyatakan rasa duka mendalam sekaligus kebingungan. Kakek Alvaro, Tugimin, bilang sangat sulit menerima kenyataan bahwa menantunya, yang selama ini dikenal sebagai sosok sopan dan perhatian, ternyata terlibat dalam tragedi besar ini.

Nenek Sayem juga menyayangkan bahwa bukti kematian Alex berupa foto kuburan dianggap kurang transparan. Ia berharap polisi tidak berhenti hanya pada bukti digital dan foto, tetapi mengusut seluruh jaringan, termasuk kemungkinan keterlibatan orang lain.

Beberapa pihak publik menyoroti betapa pentingnya pengamanan bukti digital. Kasus ini menjadi contoh nyata bagaimana chat dan rekaman digital bisa menjadi kunci mengungkap kejahatan yang disembunyikan di balik perilaku “baik” seseorang.

By admin