PETA NARASI – Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) menunjukkan komitmen penuh dalam upaya penanggulangan bencana hidrometeorologi yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera, khususnya Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar). Sebagai bagian integral dari Operasi Militer Selain Perang (OMSP), TNI AD bersama unsur TNI lainnya dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengirimkan puluhan perangkat komunikasi satelit Starlink untuk memastikan arus informasi dan koordinasi berjalan lancar di lokasi-lokasi yang terisolasi.
Komunikasi Darurat di Titik Kritis
Keputusan untuk mendistribusikan perangkat Starlink, yang dikenal mampu menyediakan akses internet cepat bahkan di daerah terpencil atau minim infrastruktur, menjadi langkah strategis. Bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda tiga provinsi tersebut telah menyebabkan infrastruktur telekomunikasi konvensional, termasuk Base Transceiver Station (BTS) dan jaringan kabel, mengalami kerusakan parah atau lumpuh total akibat padamnya listrik dan putusnya transmisi.
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak menegaskan bahwa penyediaan Starlink adalah prioritas untuk mendukung operasi kemanusiaan dan penyelamatan.
“Kami telah mendistribusikan Starlink agar arus komunikasi di kawasan bencana berjalan dengan lancar. Saat ini, komunikasi adalah kunci untuk koordinasi tim SAR, penyaluran logistik, dan memberikan informasi kepada masyarakat yang terdampak,” ujar KSAD.
Berdasarkan data terakhir, BNPB mengumumkan jumlah total pengungsi telah mencapai lebih dari 635.000 jiwa, dengan jumlah korban jiwa yang terus bertambah. Wilayah seperti Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah di Sumut, serta beberapa titik di Aceh dan Sumbar, masih menghadapi kesulitan akses darat dan komunikasi yang terputus.
Distribusi Melalui Jalur Udara dan Darat Ekstrem
Distribusi Starlink, yang dikategorikan sebagai logistik darurat vital, dilakukan secara gabungan menggunakan jalur udara dan darat. Helikopter milik TNI AD dan BNPB menjadi sarana utama untuk menjangkau desa-desa yang masih terisolasi total. Sejumlah perangkat Starlink yang dikirimkan melalui pesawat angkut TNI AU dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, kemudian diteruskan oleh prajurit TNI AD ke posko-posko utama dan titik-titik pengungsian.
Dalam satu kali pengiriman, tercatat ada belasan hingga puluhan koli Starlink yang diterbangkan, selain genset dan kebutuhan logistik dasar lainnya. Di lapangan, prajurit TNI AD bahkan harus berjalan kaki hingga lima kilometer menembus medan sulit untuk mendirikan perangkat Starlink di wilayah-wilayah blankspot agar warga dan tim penolong dapat terhubung kembali.
Kolaborasi Multisektor dan Dampak Nyata
Pengerahan perangkat komunikasi satelit ini adalah hasil kolaborasi erat antara TNI, BNPB, dan instansi lain. Kehadiran Starlink telah membantu memulihkan komunikasi darurat, memungkinkan tim medis untuk berkoordinasi cepat, serta memberikan kesempatan kepada warga yang mengungsi untuk menghubungi keluarga mereka.
Selain Starlink, TNI AD juga telah mengerahkan total 21.707 prajurit serta beragam alat utama sistem persenjataan (Alutsista) untuk membantu evakuasi, membuka akses jalan yang tertutup longsor, dan menyalurkan bantuan logistik. Bantuan bahan makanan dan logistik lainnya terus digelontorkan.
Kepala BNPB, yang turut memantau langsung operasi ini, menekankan bahwa Starlink berfungsi sebagai jaringan pengganti sementara saat stasiun pemancar mengalami kelumpuhan. Hal ini menjadi krusial dalam situasi darurat bencana yang berskala besar seperti yang terjadi di Sumatera saat ini. Upaya ini menunjukkan kesiapan pemerintah dan militer Indonesia dalam memanfaatkan teknologi mutakhir untuk mempercepat respon bencana dan memitigasi dampak isolasi komunikasi.