Video Pria Berjilbab Minum Alkohol Viral, Dua Ditangkap Polisi Malaysia

PETA NARASI – Sebuah video singkat berdurasi sekitar 28 detik yang menampilkan seorang individu berpakaian seperti berjilbab minum minuman beralkohol telah menjadi viral di media sosial Malaysia, memicu reaksi keras dari publik dan menyulut penyelidikan polisi atas dugaan tindakan yang memicu ketidakharmonisan sosial dan sensitifitas agama.

Video itu awalnya menyebar pada media sosial populer seperti TikTok dan X, menampilkan seseorang mengenakan tudung (jilbab) berwarna hijau sedang meminum bir di dalam sebuah salon rambut di kawasan Subang Jaya, Selangor. Banyak pengguna menganggap rekaman tersebut sebagai suatu bentuk ejekan terhadap ajaran Islam, mengingat alkohol dianggap haram dalam agama tersebut dan jilbab biasanya diasosiasikan dengan wanita Muslim.

Penangkapan Dua Orang Terkait Insiden

Polisi Diraja Malaysia (PDRM) mengonfirmasi telah menahan dua orang, yakni seorang pria berusia 24 tahun dan seorang wanita berusia 22 tahun pada Rabu sore sekitar pukul 16.30 waktu setempat di Subang Jaya untuk membantu proses penyelidikan. Polisi menyatakan bahwa individu yang tampak berjilbab dalam video itu sebenarnya adalah seorang pria, bukan wanita, berdasarkan investigasi awal.

Direktur Bukit Aman Criminal Investigation Department (CID), Komisioner Datuk M. Kumar, mengatakan dalam pernyataannya bahwa pihaknya telah menerima laporan terkait kejadian tersebut dan segera membuka penyelidikan. Kasus ini kini ditangani oleh Unit Investigasi Khusus di bawah Divisi Penuntutan/Hukum (D5) CID Bukit Aman.

Ancaman Hukum dan Pasal yang Digunakan

Polisi menegaskan bahwa tindakan tersebut diselidiki di bawah beberapa ketentuan hukum. Pertama, Pasal 298A dari Penal Code, yang melarang tindakan yang dapat menyebabkan ketidakharmonisan, permusuhan, atau permusuhan atas dasar agama. Pelanggaran pasal ini dapat berujung hukuman penjara antara dua hingga lima tahun bagi mereka yang terbukti bersalah.

Selain itu, penyelidikan juga mencakup Pasal 233 dari Communications and Multimedia Act 1998, yang menindak penyalahgunaan fasilitas atau layanan jaringan untuk menyebarkan konten yang tidak pantas atau berpotensi mengancam harmoni sosial. Sanksinya bisa berupa denda maksimum RM500.000, hukuman penjara hingga dua tahun, atau keduanya jika terbukti bersalah.

Komisioner Kumar menegaskan bahwa pihak berwenang tidak akan ragu mengambil tindakan tegas dan tanpa kompromi terhadap siapa pun yang dengan sengaja tidak menghormati sensitivitas agama atau memicu ketegangan di masyarakat multikultural dan multiagama Malaysia.

Reaksi Publik yang Kuat

Reaksi terhadap video tersebut sangat cepat dan kuat, terutama di kalangan netizen Malaysia. Banyak unggahan di media sosial mengecam tindakan yang ditampilkan dalam video tersebut. Sejumlah pengguna mempertanyakan motif di balik pembuatan rekaman itu, apakah sebuah provokasi yang disengaja atau sekadar ulah yang tidak bertanggung jawab.

Beberapa komentar netizen bahkan menuntut permintaan maaf secara terbuka dari para pihak yang terlibat, sementara yang lain menyerukan agar tindakan hukum yang tegas diberlakukan jika memang terbukti kasus tersebut merupakan provokasi yang disengaja.

“Saya tidak yakin apakah dia benar-benar seorang Muslim atau hanya berpura-pura menjadi Muslim untuk mempermalukan Islam. Tidak mungkin seseorang sebodoh itu minum alkohol secara terbuka di depan umum,” demikian satu komentar kritik yang tersebar di platform media sosial.

Salon Tempat Kejadian Angkat Bicara

Pihak salon tempat video itu direkam, *LMD Hairlounge di Sunway Geo, kemudian mengeluarkan permintaan maaf resmi kepada publik. Mereka mengatakan bahwa insiden tersebut terjadi pada malam 21 Desember dan melibatkan dua anggota stafnya. Manajemen salon menyatakan mengambil masalah ini dengan “sangat serius” dan mengklarifikasi bahwa kedua staf yang terkait dengan insiden tersebut telah diputus hubungan kerja keesokan harinya. Salon juga menyatakan akan sepenuhnya bekerja sama dengan penyelidikan polisi.

Konteks Sosial dan Sensitivitas Agama di Malaysia

Insiden ini menyentuh isu yang sangat sensitif di Malaysia, di mana sekitar 60% penduduknya adalah Muslim Melayu, dan agama serta simbol-simbol keagamaan menjadi topik yang rawan kontroversi. Dalam beberapa tahun terakhir, debat publik di negara itu telah menunjukkan tren menuju pandangan yang lebih konservatif, sementara pemerintah berusaha menjaga keharmonisan sosial di tengah keberagaman etnis dan agama.

Masalah yang berkaitan dengan isu yang dikenal sebagai 3R agama, ras, dan kerajaan (religion, race, royalty) sering diawasi ketat oleh pihak berwenang. Kontroversi yang melibatkan salah satu dari elemen ini cenderung memicu respons hukum dan politik yang cepat untuk mencegah eskalasi konflik sosial.

Mengakhiri Insiden dan Dampaknya

Kasus ini masih dalam proses penyelidikan, dan identitas pasti dari individu yang muncul dalam video serta latar belakang motivasi pembuatan rekaman ini masih dalam tahap pemeriksaan polisi. Namun, yang jelas, kejadian ini kembali menjadi pengingat kuat tentang dampak video viral di era digital, terutama bila berkaitan dengan sensitivitas agama dan kohesi sosial di negara yang plural seperti Malaysia.

Polisi telah mengimbau seluruh masyarakat agar berhati-hati dalam membuat dan menyebarkan konten di platform digital yang dapat menyinggung pihak lain serta berpotensi menimbulkan konflik horizontal antar kelompok di masyarakat.

By admin