Viral Patung Macan Putih Kediri Asal-Usul, Makna, dan Cerita di Baliknya

PETA NARASI – Jagat media sosial kembali dihebohkan oleh fenomena unik dari sudut Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Sebuah monumen yang baru saja diresmikan di Desa Balongjeruk, Kecamatan Kunjang, mendadak menjadi pusat perhatian nasional. Bukan karena kemegahannya yang setara patung Liberty, melainkan karena bentuk visualnya yang dianggap “nyeleneh” dan memicu gelak tawa sekaligus rasa penasaran netizen.

Patung Macan Putih yang seharusnya menjadi simbol kegagahan, justru viral karena kemiripannya dengan berbagai hewan lain mulai dari kuda nil, zebra, hingga tapir. Namun, di balik riuhnya komentar netizen, tersimpan cerita tentang kearifan lokal, ketulusan seorang pemimpin desa, dan makna filosofis yang mendalam bagi warga setempat.

Mengapa Bisa Viral? Visual yang Out of the Box

Viralnya patung ini bermula dari unggahan video di platform TikTok dan Instagram pada akhir Desember 2025. Dalam video tersebut, terlihat sebuah patung hewan berwarna putih dengan garis-garis hitam yang tidak beraturan. Ekspresi wajah sang macan yang terlihat datar dengan moncong yang cenderung tumpul membuatnya jauh dari kesan predator yang ditakuti.

Netizen dengan cepat memberikan julukan jenaka. Ada yang menyebutnya sebagai “Macan Gemoy”, “Zebra versi kurang niat”, hingga “Kuda Nil Putih”. Fenomena ini mengingatkan publik pada kasus “Patung Macan Lucu” di Cisewu beberapa tahun silam. Ketidaksesuaian antara ekspektasi visual macan yang garang dengan realita patung yang tampak menggemaskan inilah yang menjadi motor utama viralnya monumen di Balongjeruk tersebut.

Asal-Usul: Dana Pribadi dan Semangat Gotong Royong

Satu hal yang mengejutkan publik adalah fakta mengenai sumber pendanaannya. Di tengah kecurigaan netizen mengenai penggunaan dana desa yang dianggap sia-sia, Kepala Desa Balongjeruk, Safi’i, memberikan klarifikasi yang menyejukkan.

Ia menegaskan bahwa pembangunan patung tersebut sama sekali tidak menggunakan anggaran negara atau dana desa.

“Patung ini murni menggunakan dana pribadi saya, sekitar Rp3,5 juta, bukan dari dana desa,” tegas Safi’i dalam wawancaranya kepada awak media pada Sabtu (27/12/2025).

Pengerjaannya dilakukan oleh seniman lokal bernama Suwari dalam waktu singkat, yakni sekitar 18 hingga 19 hari. Meski dikerjakan secara manual dengan keterbatasan alat dan biaya, semangatnya adalah untuk memberikan identitas baru bagi desa tersebut setelah pohon beringin tua yang sebelumnya menjadi ikon desa harus ditebang.

Makna yang Tersembunyi: Sang Penjaga Desa

Meski secara visual menuai kontroversi, pemilihan sosok Macan Putih bukanlah tanpa alasan. Nama “Macan Putih” sendiri berakar kuat dalam sejarah dan legenda masyarakat Kediri, khususnya di Desa Balongjeruk.

  1. Simbol Danyang (Penjaga): Menurut cerita turun-temurun, Macan Putih dipercaya sebagai sosok “Danyang” atau makhluk penjaga desa yang melindungi warga dari mara bahaya.
  2. Identitas Kediri: Secara lebih luas, Macan Putih identik dengan Prabu Jayabaya dan kejayaan Kerajaan Kadiri. Ikon ini juga menjadi simbol bagi klub sepak bola kebanggaan warga, Persik Kediri.
  3. Filosofi Kesucian dan Kekuatan: Warna putih melambangkan kesucian hati, sementara karakter macan melambangkan keberanian dan kewibawaan.

Bagi warga Balongjeruk, patung ini adalah bentuk penghormatan terhadap leluhur dan simbol harapan agar desa mereka senantiasa aman dan tentram.

Dampak Tak Terduga: Magnet Wisata Baru

Kekuatan viralitas media sosial memang tidak bisa diremehkan. Sejak ramai diperbincangkan, Desa Balongjeruk yang tadinya tenang kini dipadati pengunjung. Warga dari berbagai daerah seperti Jombang, Nganjuk, hingga Surabaya sengaja datang jauh-jauh hanya untuk berfoto dengan “Macan Gemoy” tersebut.

Kondisi ini memberikan berkah bagi UMKM lokal. Pedagang makanan dan minuman di sekitar lokasi patung melaporkan peningkatan omzet karena banyaknya wisatawan dadakan yang datang. Apa yang awalnya dimulai sebagai bahan “bully” di media sosial, justru berujung pada meningkatnya popularitas desa secara positif.

Rencana Perbaikan ke Depan

Merespons kritik dari masyarakat dan ahli seni mengenai estetika patung, Pemerintah Desa Balongjeruk bersikap terbuka. Safi’i menyatakan bahwa pihaknya menerima semua masukan dengan tangan terbuka.

Sebagai langkah nyata, pihak desa berencana untuk mengganti atau memperbaiki desain patung tersebut agar lebih proporsional dan mendekati karakter macan yang sesungguhnya. Kabarnya, pesanan patung baru sudah dikoordinasikan dengan pengrajin patung profesional di wilayah Ngadiluwih, Kediri.

“Harapan saya, dari yang awalnya menertawakan, nantinya bisa berubah menjadi membanggakan,” pungkas Safi’i.

By admin